Sabtu, 26 Mei 2012

Analisis problematika rencana kenaikan harga BBM di Indonesia dilihat dari pendekatan teori ekonomi politik.


Setiap pemerintahan tidak akan mungkin bisa lepas dari jeratan masalah BBM ( Bahan Bakar Minyak). BBM yang dipakai oleh sebagian besar aspek- aspek kehidupan rakyat,menjadikannya sebagai sesuatu yang sangat vital keberadaannya karena akan selalu dibutuhkan, dan jika terjadi kelangkaan, maka sudah pasti harganya akan naik dengan jumlah permintaan yang tetap.
Jika  harga BBM naik, sudah jelas ha ini akan menuai berbagai reaksi dari berbagai pihak, ada yang menerima dan mendudukung dan adapula yang menolak, bahkan menentang dengan keras. Seperti yang kita ketahui akhir- akhir ini, banyak diberitakan aksi demo terkait penolakan kenaikan harga BBM, oleh para buruh, petani, mahasiswa dan berbagai pihak lainnya. Dari pengamatan saya, memang jumlah masyarakat yang menolak rencana kenaikan harga BBM jumlahnya lebih banyak daripada yang menyetujui rencana kenaikan harga BBM. Mengutip dari Detik News, hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa 89,20 persen masyarakat desa menolak kenaikan BBM. Adapun masyarakat kota yang menolak kenaikan BBM sebesar 77,91 persen.
Sebelum menganalis problematika kenaikan harga BBM, dan menjelaskannya melalui salah satu teori ekonomi politik, baik itu klasik, neo klasik, ekonomi politik keynesian maupun teori marxis, saya akan berusaha menelaah faktor- faktor pemicu rencana kenaikan harga BBM, serta mengapa harga minyak dunia naik.
Kenaikan harga minyak mentah dunia
            Apabila kita mengikuti perkembangan berita internasional, kita akan dapat memahami beberapa faktor pemicu kenaikan harga minyak dunia. berdasarkan berbagai artikel dan sumber yang saya baca, berikut ini beberapa faktor pemicu kenaikan harga minyak dunia:
1.     Selat Hormus

Minyak mentah yang diproduksi di dunia dikirimkan melalui Selat Hormuz, yaitu sekitar 20% minyak mentah dunia, dan Iran telah mengancam akan menutup lalu lintas pelayaran melalui selat tersebut. Pada tersempit, bagian itu adalah 30 mil lebar, sehingga ada kasus realistis bahwa konflik bisa menutupnya. Iran telah diisolasi sebagai mitra perdagangan dengan sanksi AS dan Uni Eropa. Rezim di negara ini telah membuat sejumlah ancaman tentang apa yang mungkin dilakukan jika "kepentingan nasional" terancam. Jika Iran berikut melalui  ancaman tersebut, periode bagian itu ditutup bisa sangat singkat jika Angkatan Laut AS, yang memiliki kelompok operator di wilayah ini, bergerak untuk membuka kembali jalan. Namun tidak jelas bahwa pemerintah Amerika akan membuat keputusan bahwa tanpa dukungan terbuka dari sekutu atau PBB. Sebuah penutupan bagian, atau eskalasi yang akan membuat penutupan lebih mungkin, akan mendorong harga minyak lebih tinggi - dan dengan perluasan harga bensin.

2.     Iran

dalam masalah kenaikan harga mi nyak dunia, Iran memberikan kontribusi untuk masalah kedua dalam hal pasokan minyak global baik di luar bahwa kemampuannya untuk mengganggu pasokan. Karena embargo terhadap bangsa karena pelanggaran senjata nuklir, AS telah menekan importir minyak besar seperti Jepang untuk bertindak untuk mengisolasi Iran dengan memotong impor mereka. Hal ini menempatkan Jepang pada posisi di mana ia harus menekan pasokan global lebih erat. Sehingga Jepang tampaknya  sepakat untuk memotong impor minyak mentah dari Iran yang sebesar 20 persen.

3.     risiko geopolitik

Iran tidak menyajikan tantangan geopolitik hanya untuk produksi minyak. Di Nigeria, yang merupakan produsen terbesar ke-14 minyak di dunia, Islam teroris kelompok Boko Haram terus menyerang daerah-daerah Kristen di negeri ini. Tentara Nigeria telah bereaksi dengan menyerang Islam. Gerilyawan telah terus menyerang jaringan pipa, tampaknya dalam langkah untuk mengganggu pemerintah.
Sementara itu, ada kekhawatiran tentang pasokan bahkan dari Venezuela. Venezuela adalah produsen dunia 11 terbesar minyak mentah. Rezim telah cukup stabil di bawah kekuasaan 13-tahun Hugo Chavez.
Bagian lain dari Timur Tengah dan Afrika juga kacau. Para analis baru-baru ini disebutkan Bahrain, Libya, Irak, Nigeria dan Yaman sebagai Flashpoint politik. "Dunia menghadapi risiko pasokan minyak dari banyak sumber, tidak hanya di Timur Tengah tetapi juga di Afrika. Dalam pandangan kami, sebenarnya sudah ada sejak 1970 an ancaman serius terhadap pasokan minyak, "kata Soozhana Choi, kepala Deutsche Bank di Asia komoditas penelitian, dalam sebuah catatan kepada klien baru-baru ini. Semua Flashpoint menerjemahkan kekhawatiran lebih lanjut mengenai pasokan minyak. Dan ketika pasokan minyak yang ketat, harga minyak - dan bensin - meningkat.

4.     Uni Eropa dapat menyimpan sendiri
                                                          
Untuk saat ini, Yunani telah ditebus lagi - sebuah langkah yang harus pelampung kepercayaan di wilayah tersebut dan mendorong permintaan minyak. Bahkan dengan bailout Yunani, zona euro tidak keluar dari hutan sebagai bangsa terus menerapkan langkah- penghematan untuk melindungi resiko hutang.
Memperdalam masalah keuangan dan ekonomi di Eropa akan turun permintaan minyak di sana. Namun, jika para pemimpin di wilayah ini dapat menetap pada mekanisme untuk melindungi negara-negara dengan masalah keuangan dari default, anggaran nasional tidak akan dipotong menjadi luar biasa tingkat rendah - tingkat yang seharusnya membunuh kedua permintaan konsumen dan permintaan bisnis untuk minyak.
5.     Penyuling menaikkan harga

Sebagian besar minyak disempurnakan di pantai timur AS adalah minyak mentah Brent, sejenis minyak yang diproduksi dari Laut Utara. Harga Brent - lebih dari $ 124 per barel - hampir $ 16 lebih tinggi dari harga West Texas Intermediate (WTI) minyak mentah, jumlah orang yang paling baca di media. Tapi karena Brent telah menggantikan WTI sebagai patokan harga global, penyuling AS menetapkan harga untuk bensin dan produk lainnya seperti Brent adalah grade minyak mentah yang digunakan. Yang memungkinkan penyuling dengan akses ke WTI lebih murah untuk membuat keuntungan lebih besar.

Namun, ketika harga bertemu, seperti yang terjadi dalam dua bulan terakhir 2011, penyuling WTI kehilangan tepi mereka - dan keuntungan yang besar mereka. "Pabrik gula yang kehilangan uang pada bulan November dan Desember. Anda hanya dapat kehilangan uang begitu lama, "John Felmy, kepala ekonom untuk American Petroleum Institute, baru-baru mengatakan. Kilang besar banyak dimiliki oleh perusahaan publik yang tidak memiliki nafsu makan banyak untuk posting kerugian yang sedang berlangsung. Untuk menghindari kerugian, penyuling harus menaikkan harga bensin.

6.     AS pemulihan ekonomi

Ketika perekonomian Amerika Serikat membaik berarti harga minyak yang lebih tinggi. Produk Domestik Bruto (PDB) AS, pekerjaan dan bahkan perumahan semuanya dilakukan  perbaikan tak terduga dalam beberapa bulan terakhir. Banyak ekonom sekarang mematok kenaikan PDB pada 2012 lebih dari 2 persen. Anggaran Perpanjangan tunjangan pengangguran berarti bahwa ratusan ribu Amerika yang akan memiliki pendapatan, akan memiliki setidaknya cukup untuk mengkonsumsi barang-barang dan jasa. Argumen bahwa Amerika sekarang berkendara kurang tidak satu kuat untuk gas dan permintaan minyak saat ekonomi yang sehat juga berarti lebih banyak konsumsi minyak untuk bisnis, petrokimia dan bahan bakar jet. Permintaan untuk minyak berbasis produk di seluruh perekonomian akan mengambil dengan pemulihan apapun.

           
            Sebenarnya masih banyak lagi pemicu kenaikan harga minyak dunia, tapi seperti yang kita semua ketahui banyak kalangan yang tidak dengan begitu saja menerima alasan- alasan ini sebagai pemicu kenaikan harga BBM di Indonesia. “Indonesia adalah penghasil minyak, indonesia kaya akan sumber daya alam, kenapa minyak perlu di subsidi, bahkan kenapa harga minyak harus dinaikkan?”
Inilah yang seringkali diserukan para demonstran ketika mereka menolak kenaikan harga BBM. Tapi keadannya, perusahaan minyak di Indonesia saat inni sudah dikuasai oleh swasta dan oleh pihak- pihak asing, jadi Indonesia dalam hal ini kurang bisa leluasa menetapkan harga minyak.

Ekonomi Politik Neo klasik
            fenomena kenaikan harga BBM yang sedang membelit negara kita saat ini, meskipun kenaikannya masih ditunda berdasarkan sidang paripurna DPR RI dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan ekonomi politik neo klasik. Mengapa saya menggunakan pendekatan ini, sebelum analisis kasus, akan dijelaskan sedikit tentang bagaimana konsep ekonomi politik neo klasik.
Pendekatan ekonomi politik neo klasik, yang dipelopori oleh Alfred Marshal dan Joseph Schumpeter berasumsi bahwa titik lequilibium à full employment, akan tercapai dengan sendirinya. Pendekatan ini sebagai kritik atas pendekatan ekonomi politk klasik yang berasumsi bahwa peran pemerintah tidak diperlukan karena full employment akan selalu tercapai dengan sendirinya. Ide awal dari pendekatan ekonomi politik neo klasik adalah pencapaian atau memaksimalkan kepuasan dan kesejahteraan individu. Pakar-pakar ekonomi politik neoklasik melihat bahwa perekonomian memang tidak berjalan mulus menurut aturan alami dan tidak selalu menuju pada keseimbangan, saebagaimana yang dipersepsikan oleh kaum klasik. Akan tetapi, mereka lebih tidak setuju lagi jika mekanisme pasar ini diabaikan dan segala sesuatunya serba diatur oleh pemerintah, sebagaimana dianjurkan oleh kaum sosialis. Sehingga, untuk mengatasi kelemahan dan ketidak sempurnaan pasar, boleh ada dan seharusnya memang ada campur tangan pemerintah. Akan tetapi, campur tangan pemerintah hanya diperlukan untuk memperbaiki distorsi yang terjadi di pasar, bukan untuk menggantikan fungsi mekanisme pasar itu sendiri.
            Fokus pemikiran dalam pendekatan ekonomi politik neo klasik adalah efisiensi pertukaran. Yaitu meminimalisir distorsi yang ada di pasar, karena adanya perusahaan- perusahaan besar yang memonopoli pasar atau hanya ada satu produsen besar yang menguasai satu  produk di pasaran. Peran pemerintah harus ada, ketika terjadi kegagalan pasar, yaitu ketika pasar tidak bisa mendelivery kesejahteraan masyarakat/ individu.
Pendekatan terpusat ke masyarakat à penggunaan pasar- pasar politik yang dilakukan oleh agen- agen ekonomi, sedangkan
Pendekatan terpusat negara à lebih menitik beratkan pada penggunaan sumber- sumber ekonomi untuk tujuan politik.
Jadi, secara teoritis dapat dijelaskan bahwa pendekatan ekonomi politik neo klasik adalah pendekatan yang tidak sepenuhnya berorientasi pada pasar bebas, tanpa ada intervensi pemerintah sedikitpun, tapi tetap harus ada peran pemerintah terutama ketika terjadi kegagalan pasar, karena menurut pendekatan ini, sangat tidak mungkin jika perdagangan itu berjalan dengan bebas, mengabaikan peran pemerintah seperti pada pendekatan ekonomi politik klasik.




Implementasi dan analisis terkait penetapan pasal 7 ayat 6a UU APBN-P 2012
Hasil Sidang Paripurna yang digelar oleh DPR RI, Jum’at, 30 Maret 2012 lalu, memutuskan bahwa harga BBM tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat ini. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari penambahan ayat 6a dalam pasal 7 UU APBN-P 2012. Ayat ini mengindikasikan bahwa pengaturan harga BBM akan diserahkan pada mekanisme pasar, atau, dengan kata lain, akan mengikuti perkembangan harga minyak dunia.
“Dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan rata-rata sebesar 15 persen dalam enam bulan terakhir dari harga minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012, maka pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya.” Demikian bunyi pasal 7 ayat 6a.
            Masyarakat yang menolak keras kenaikan harga BBM belum bisa bernafas lega, harga BBM untuk bulan April ini belum dinaikkan, bukan berarti tidak dinaikkan. Jika ICP naik hingga 15% dari US$105 per barel dalam kurun waktu enam bulan ke depan maka pemerintah pun berwenang menaikkan harga BBM. Berdasarkan berbagai sumber dan data- data terkini, harga minyak dunia pekan belakangan ini sempat mengalami penurunan harga, tapi setelah mengalami penurunan, harga minyak dunia kembali menguat. Hal ini terjadi karena banyak faktor, salah satu faktor yang sering diutarakan dalam berbagai kabar faktual yaitu terjadinya ketidakstabilan lapangan kerja di AS yang menyebabkan inflasi serta adanya perseteruan antara presiden Amerika Serikat, Barack Obama dengan presiden Iran, Ahmadinejad.
Melalui UU pasal 7 ayat 6a ini pemerintah ingin membuktikan bahwa pemerintah tidak bisa dengan seenaknya menaikkan harga BBM, dengan alasan APBN yang membengkak karena subsidi BBM dan akan mengancam perekonomian Indonesia untuk jangka waktu ke depan, karena ada patokan yang mendasari jika memang pemerintah terpaksa harus menaikkan harga BBM. Jadi pemerintah menyesuaikan  harga pada mekanisme pasar. Tapi banyak yang tidak setuju dengan penambahan UU ini, bahkan Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra mengajukan peninjauan kembali atas UU ini dan secara resmi telah mendaftarkan permohonan uji materi atau judicial review terhadap pasal 7 ayat 6a Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan 2012 ke Mahkamah Konstitusi, Senin 2 April 2012.(vivanews.com)
Dari serentetan masalh yang muncul terkait rencana kenaikan harga BBM ini, sudah sangat jelas bahwa sumber ekonomi yang berpengaruh pada hajat hidup orang banyak memang kerap kali menimbulkan polemik dalam pemerintahan, dan sudah tentu unsur ekonomi dan unsur politik harus berkolaborasi secara seimbang, itu normatifnya tapi apa yang terjadi di Indonesia? Sudah lain ceritanya.



Analisis kasus
Terkait problematika rencana kenaikan BBM yang saat ini sedang marak di bahas di berbagai media serta memang menjadi topik yang banyak dibahas publik, saya ingin menganalisis dengan menggunakan pendekatan ekonomi politik neo klasik. Alasan saya memilih pendekatn ini karena menurut kacamata pribadi saya memang pendekatan ini “match” dengan polemik yang saya uraikan diatas sebelumnya.
Harga minyak dunia yang cenderung fluktuatif mengakibatkan kecemasan berbagai pihak, karena tentu hal ini akan berpengaruh terhadap ICP (Indonesia Crude Oil Price). Jika ICP naik hingga 120,75 per barel, maka berdasarkan UU pasal 7 ayat 6a UU APBN-P 2012 pemerintah berwenang untuk menaikkan harga BBM. ICP dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Jadi dapat disimpulkan bahwa, meskipun harga minyak ditentukan berdasarkan mekanisme pasar, tetap saja pemerintah mengintervensi serta yang berwenang mengambil kebijakan. Hal ini sesuai jiak dijelaskan secara teoritis berdasarkan pendekatan ekonomi politik neo klasik, dimana diperlukan peran pemerintah ketika terjadi kegagalan pasar dan untuk mendelivery kesejahteraan masyarakat/ individu.
Fenomena lain yang bisa dijelaskan melalui pendekatan ini, terkait kenaikan harga BBm adalah kebijakan Pemerintah Jawa Timur untuk mengintervensi jalur distribusi di jatim. Kenaikan harga BBM akan menyebabkan harga berbagai barang juga ikut naik (chanel of distribution increase cost) sehingga harga diharapkan akan stabil dengan adanya intervensi dari pemerintah tersebut. Pemerintah tidak mungkin sepenuhnya menyerahkan harga pada mekanisme pasar, meskipun kita terlobat dalam perdagangan bebas. Banyak kebijakan lain yang diambil untuk meminimalisir monopoli pasar dunia, antara lain kebijakan terkait import, kebijakan terkait pajak (tax) dan bea cukai.
Kritik terhadap pemerintah Indonesia, jika ditelaah melalui pendekatan ini yaitu pemerintah cenderung ceroboh dalam hal kerjasama dengan negara asing, dalam hal perdagangan bebas sendiri Indonesia dianggap sebagai negara sarangnya investor asing, apakah bangga kita dengan predikat tersebut. Indonesia sebagai negara penghasil minyak, yang ketersediaanya mampu mencukupi kebutuhan minyak warga Indonesia justru mengalami kenaikan harga minyak. Sebenarnya ini sangatlah ironi, ketika sumber ekonomi di Indonesia dikuasai oleh asing, dieksploitasi secar berlebihan oleh pihak asing. Inilah hal yang sangat disayangkan dari berbagai pihak, masalhnya adalah bagaimana pemerintah mengintervensi hal ini, bagaimana pemerintah bisa memutus mata rantai perdagangan yang akan membobrokkan perekonomian nasional ini. Indonesia harusnya mengambil keuntungan sebesar- besarnya dari adanya perdagangan bebas, bukan import secar besar- besaran, tapi tingkatkan eksport barang jadi dan naikkan biaya masuk produk import, inilah bentuk intervensi pemerintah yang diharapkan.



Daftar pustaka

Detik News, http://news.detik.com/read/2012/03/30/101701/1880894/471/bbm-naik
bukti -wajah-buruk-penerapan-kapitalisme, diakses pada 14 April 2012.
Tempo.co,http://id.berita.yahoo.com/geopolitik-faktor-utama-kenaikan-harga-minyak-072556492.html, diakses pada 14 April 2012.
Syarif Hidayat, Perspektif Ekonomi politik: Tinjauan Teoritis, elib.pdii.lipi.go.id/ katalog/index.php/searchkatalog/.../8625.pdf, diakses pada 15 April 2012





Tidak ada komentar:

Posting Komentar