Setiap pemerintahan
tidak akan mungkin bisa lepas dari jeratan masalah BBM ( Bahan Bakar Minyak).
BBM yang dipakai oleh sebagian besar aspek- aspek kehidupan rakyat,menjadikannya
sebagai sesuatu yang sangat vital keberadaannya karena akan selalu dibutuhkan,
dan jika terjadi kelangkaan, maka sudah pasti harganya akan naik dengan jumlah
permintaan yang tetap.
Jika harga BBM naik, sudah jelas ha ini akan
menuai berbagai reaksi dari berbagai pihak, ada yang menerima dan mendudukung
dan adapula yang menolak, bahkan menentang dengan keras. Seperti yang kita ketahui
akhir- akhir ini, banyak diberitakan aksi demo terkait penolakan kenaikan harga
BBM, oleh para buruh, petani, mahasiswa dan berbagai pihak lainnya. Dari
pengamatan saya, memang jumlah masyarakat yang menolak rencana kenaikan harga
BBM jumlahnya lebih banyak daripada yang menyetujui rencana kenaikan harga BBM.
Mengutip dari
Detik News, hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI)
menunjukkan bahwa 89,20 persen masyarakat desa menolak kenaikan BBM. Adapun
masyarakat kota yang menolak kenaikan BBM sebesar 77,91 persen.
Sebelum menganalis
problematika kenaikan harga BBM, dan menjelaskannya melalui salah satu teori
ekonomi politik, baik itu klasik, neo klasik, ekonomi politik keynesian maupun
teori marxis, saya akan berusaha menelaah faktor- faktor pemicu rencana
kenaikan harga BBM, serta mengapa harga minyak dunia naik.
Kenaikan harga minyak mentah dunia
Apabila kita mengikuti perkembangan
berita internasional, kita akan dapat memahami beberapa faktor pemicu kenaikan
harga minyak dunia. berdasarkan berbagai artikel dan sumber yang saya baca, berikut
ini beberapa faktor pemicu kenaikan harga minyak dunia:
1.
Selat Hormus
Minyak mentah yang diproduksi di dunia dikirimkan melalui
Selat Hormuz, yaitu sekitar 20% minyak mentah dunia, dan Iran telah mengancam
akan menutup lalu lintas pelayaran melalui selat tersebut. Pada tersempit,
bagian itu adalah 30 mil lebar, sehingga ada kasus realistis bahwa konflik bisa
menutupnya. Iran telah diisolasi sebagai mitra perdagangan dengan sanksi AS dan
Uni Eropa. Rezim di negara ini telah membuat sejumlah ancaman tentang apa yang
mungkin dilakukan jika "kepentingan nasional" terancam. Jika Iran
berikut melalui ancaman tersebut,
periode bagian itu ditutup bisa sangat singkat jika Angkatan Laut AS, yang memiliki
kelompok operator di wilayah ini, bergerak untuk membuka kembali jalan. Namun
tidak jelas bahwa pemerintah Amerika akan membuat keputusan bahwa tanpa
dukungan terbuka dari sekutu atau PBB. Sebuah penutupan bagian, atau eskalasi
yang akan membuat penutupan lebih mungkin, akan mendorong harga minyak lebih
tinggi - dan dengan perluasan harga bensin.
2.
Iran
dalam masalah kenaikan harga mi nyak dunia, Iran memberikan kontribusi untuk masalah kedua dalam hal pasokan minyak global baik di luar bahwa kemampuannya untuk mengganggu pasokan. Karena embargo terhadap bangsa karena pelanggaran senjata nuklir, AS telah menekan importir minyak besar seperti Jepang untuk bertindak untuk mengisolasi Iran dengan memotong impor mereka. Hal ini menempatkan Jepang pada posisi di mana ia harus menekan pasokan global lebih erat. Sehingga Jepang tampaknya sepakat untuk memotong impor minyak mentah dari Iran yang sebesar 20 persen.
3.
risiko geopolitik
Iran tidak menyajikan tantangan geopolitik hanya untuk produksi minyak. Di Nigeria, yang merupakan produsen terbesar ke-14 minyak di dunia, Islam teroris kelompok Boko Haram terus menyerang daerah-daerah Kristen di negeri ini. Tentara Nigeria telah bereaksi dengan menyerang Islam. Gerilyawan telah terus menyerang jaringan pipa, tampaknya dalam langkah untuk mengganggu pemerintah.
Sementara itu, ada kekhawatiran tentang pasokan bahkan dari Venezuela. Venezuela adalah produsen dunia 11 terbesar minyak mentah. Rezim telah cukup stabil di bawah kekuasaan 13-tahun Hugo Chavez.
Bagian lain dari Timur Tengah dan Afrika juga kacau. Para analis baru-baru ini disebutkan Bahrain, Libya, Irak, Nigeria dan Yaman sebagai Flashpoint politik. "Dunia menghadapi risiko pasokan minyak dari banyak sumber, tidak hanya di Timur Tengah tetapi juga di Afrika. Dalam pandangan kami, sebenarnya sudah ada sejak 1970 an ancaman serius terhadap pasokan minyak, "kata Soozhana Choi, kepala Deutsche Bank di Asia komoditas penelitian, dalam sebuah catatan kepada klien baru-baru ini. Semua Flashpoint menerjemahkan kekhawatiran lebih lanjut mengenai pasokan minyak. Dan ketika pasokan minyak yang ketat, harga minyak - dan bensin - meningkat.
4.
Uni Eropa dapat menyimpan sendiri
Untuk saat ini, Yunani telah ditebus lagi - sebuah langkah yang harus pelampung kepercayaan di wilayah tersebut dan mendorong permintaan minyak. Bahkan dengan bailout Yunani, zona euro tidak keluar dari hutan sebagai bangsa terus menerapkan langkah- penghematan untuk melindungi resiko hutang.
Memperdalam masalah keuangan dan ekonomi di Eropa akan turun permintaan minyak di sana. Namun, jika para pemimpin di wilayah ini dapat menetap pada mekanisme untuk melindungi negara-negara dengan masalah keuangan dari default, anggaran nasional tidak akan dipotong menjadi luar biasa tingkat rendah - tingkat yang seharusnya membunuh kedua permintaan konsumen dan permintaan bisnis untuk minyak.
5.
Penyuling menaikkan harga
Sebagian besar minyak disempurnakan di pantai timur AS adalah minyak mentah Brent, sejenis minyak yang diproduksi dari Laut Utara. Harga Brent - lebih dari $ 124 per barel - hampir $ 16 lebih tinggi dari harga West Texas Intermediate (WTI) minyak mentah, jumlah orang yang paling baca di media. Tapi karena Brent telah menggantikan WTI sebagai patokan harga global, penyuling AS menetapkan harga untuk bensin dan produk lainnya seperti Brent adalah grade minyak mentah yang digunakan. Yang memungkinkan penyuling dengan akses ke WTI lebih murah untuk membuat keuntungan lebih besar.
Namun, ketika harga bertemu, seperti yang terjadi dalam dua bulan terakhir 2011, penyuling WTI kehilangan tepi mereka - dan keuntungan yang besar mereka. "Pabrik gula yang kehilangan uang pada bulan November dan Desember. Anda hanya dapat kehilangan uang begitu lama, "John Felmy, kepala ekonom untuk American Petroleum Institute, baru-baru mengatakan. Kilang besar banyak dimiliki oleh perusahaan publik yang tidak memiliki nafsu makan banyak untuk posting kerugian yang sedang berlangsung. Untuk menghindari kerugian, penyuling harus menaikkan harga bensin.
6.
AS pemulihan ekonomi
Ketika perekonomian Amerika Serikat membaik berarti harga minyak yang lebih tinggi. Produk Domestik Bruto (PDB) AS, pekerjaan dan bahkan perumahan semuanya dilakukan perbaikan tak terduga dalam beberapa bulan terakhir. Banyak ekonom sekarang mematok kenaikan PDB pada 2012 lebih dari 2 persen. Anggaran Perpanjangan tunjangan pengangguran berarti bahwa ratusan ribu Amerika yang akan memiliki pendapatan, akan memiliki setidaknya cukup untuk mengkonsumsi barang-barang dan jasa. Argumen bahwa Amerika sekarang berkendara kurang tidak satu kuat untuk gas dan permintaan minyak saat ekonomi yang sehat juga berarti lebih banyak konsumsi minyak untuk bisnis, petrokimia dan bahan bakar jet. Permintaan untuk minyak berbasis produk di seluruh perekonomian akan mengambil dengan pemulihan apapun.
Sebenarnya masih banyak lagi pemicu
kenaikan harga minyak dunia, tapi seperti yang kita semua ketahui banyak
kalangan yang tidak dengan begitu saja menerima alasan- alasan ini sebagai
pemicu kenaikan harga BBM di Indonesia. “Indonesia adalah penghasil minyak,
indonesia kaya akan sumber daya alam, kenapa minyak perlu di subsidi, bahkan
kenapa harga minyak harus dinaikkan?”
Inilah yang
seringkali diserukan para demonstran ketika mereka menolak kenaikan harga BBM.
Tapi keadannya, perusahaan minyak di Indonesia saat inni sudah dikuasai oleh
swasta dan oleh pihak- pihak asing, jadi Indonesia dalam hal ini kurang bisa
leluasa menetapkan harga minyak.
Ekonomi Politik Neo
klasik
fenomena kenaikan harga BBM yang
sedang membelit negara kita saat ini, meskipun kenaikannya masih ditunda
berdasarkan sidang paripurna DPR RI dapat dijelaskan dengan menggunakan
pendekatan ekonomi politik neo klasik. Mengapa saya menggunakan pendekatan ini,
sebelum analisis kasus, akan dijelaskan sedikit tentang bagaimana konsep
ekonomi politik neo klasik.
Pendekatan ekonomi
politik neo klasik, yang dipelopori oleh Alfred Marshal dan Joseph Schumpeter
berasumsi bahwa titik lequilibium à full employment,
akan tercapai dengan sendirinya. Pendekatan ini sebagai kritik atas pendekatan
ekonomi politk klasik yang berasumsi bahwa peran pemerintah tidak diperlukan
karena full employment akan selalu tercapai dengan sendirinya. Ide awal dari
pendekatan ekonomi politik neo klasik adalah pencapaian atau memaksimalkan
kepuasan dan kesejahteraan individu. Pakar-pakar ekonomi
politik neoklasik melihat bahwa perekonomian memang tidak berjalan mulus
menurut aturan alami dan tidak selalu menuju pada keseimbangan, saebagaimana
yang dipersepsikan oleh kaum klasik. Akan tetapi, mereka lebih tidak setuju
lagi jika mekanisme pasar ini diabaikan dan segala sesuatunya serba diatur oleh
pemerintah, sebagaimana dianjurkan oleh kaum sosialis. Sehingga, untuk
mengatasi kelemahan dan ketidak sempurnaan pasar, boleh ada dan seharusnya
memang ada campur tangan pemerintah. Akan tetapi, campur tangan pemerintah
hanya diperlukan untuk memperbaiki distorsi yang terjadi di pasar, bukan untuk
menggantikan fungsi mekanisme pasar itu sendiri.
Fokus pemikiran dalam pendekatan
ekonomi politik neo klasik adalah efisiensi pertukaran. Yaitu meminimalisir
distorsi yang ada di pasar, karena adanya perusahaan- perusahaan besar yang
memonopoli pasar atau hanya ada satu produsen besar yang menguasai satu produk di pasaran. Peran pemerintah harus
ada, ketika terjadi kegagalan pasar, yaitu ketika pasar tidak bisa mendelivery
kesejahteraan masyarakat/ individu.
Pendekatan terpusat
ke masyarakat à penggunaan pasar-
pasar politik yang dilakukan oleh agen- agen ekonomi, sedangkan
Pendekatan terpusat
negara à lebih menitik beratkan pada penggunaan
sumber- sumber ekonomi untuk tujuan politik.
Jadi, secara teoritis
dapat dijelaskan bahwa pendekatan ekonomi politik neo klasik adalah pendekatan
yang tidak sepenuhnya berorientasi pada pasar bebas, tanpa ada intervensi
pemerintah sedikitpun, tapi tetap harus ada peran pemerintah terutama ketika
terjadi kegagalan pasar, karena menurut pendekatan ini, sangat tidak mungkin
jika perdagangan itu berjalan dengan bebas, mengabaikan peran pemerintah
seperti pada pendekatan ekonomi politik klasik.
Implementasi
dan analisis terkait penetapan pasal 7 ayat 6a UU APBN-P 2012
Hasil Sidang
Paripurna yang digelar oleh DPR RI, Jum’at, 30 Maret 2012 lalu, memutuskan
bahwa harga BBM tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat ini. Hal tersebut
merupakan konsekuensi dari penambahan ayat 6a dalam pasal 7 UU APBN-P 2012.
Ayat ini mengindikasikan bahwa pengaturan harga BBM akan diserahkan pada
mekanisme pasar, atau, dengan kata lain, akan mengikuti perkembangan harga
minyak dunia.
“Dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia (Indonesia
Crude Oil Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau
penurunan rata-rata sebesar 15 persen dalam enam bulan terakhir dari harga
minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012, maka
pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan
kebijakan pendukungnya.” Demikian bunyi pasal 7 ayat 6a.
Masyarakat yang menolak keras
kenaikan harga BBM belum bisa bernafas lega, harga BBM untuk bulan April ini
belum dinaikkan, bukan berarti tidak dinaikkan. Jika ICP naik hingga 15% dari
US$105 per barel dalam kurun waktu enam bulan ke depan maka pemerintah pun
berwenang menaikkan harga BBM. Berdasarkan berbagai sumber dan data- data
terkini, harga minyak dunia pekan belakangan ini sempat mengalami penurunan
harga, tapi setelah mengalami penurunan, harga minyak dunia kembali menguat.
Hal ini terjadi karena banyak faktor, salah satu faktor yang sering diutarakan
dalam berbagai kabar faktual yaitu terjadinya ketidakstabilan lapangan kerja di
AS yang menyebabkan inflasi serta adanya perseteruan antara presiden Amerika
Serikat, Barack Obama dengan presiden Iran, Ahmadinejad.
Melalui UU pasal 7
ayat 6a ini pemerintah ingin membuktikan bahwa pemerintah tidak bisa dengan
seenaknya menaikkan harga BBM, dengan alasan APBN yang membengkak karena
subsidi BBM dan akan mengancam perekonomian Indonesia untuk jangka waktu ke
depan, karena ada patokan yang mendasari jika memang pemerintah terpaksa harus
menaikkan harga BBM. Jadi pemerintah menyesuaikan harga pada mekanisme pasar. Tapi banyak yang
tidak setuju dengan penambahan UU ini, bahkan Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza
Mahendra mengajukan peninjauan kembali atas UU ini dan secara resmi telah mendaftarkan
permohonan uji materi atau judicial review terhadap
pasal 7 ayat 6a Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan
2012 ke Mahkamah Konstitusi, Senin 2 April 2012.(vivanews.com)
Dari serentetan masalh yang muncul
terkait rencana kenaikan harga BBM ini, sudah sangat jelas bahwa sumber ekonomi
yang berpengaruh pada hajat hidup orang banyak memang kerap kali menimbulkan
polemik dalam pemerintahan, dan sudah tentu unsur ekonomi dan unsur politik
harus berkolaborasi secara seimbang, itu normatifnya tapi apa yang terjadi di
Indonesia? Sudah lain ceritanya.
Analisis kasus
Terkait problematika
rencana kenaikan BBM yang saat ini sedang marak di bahas di berbagai media
serta memang menjadi topik yang banyak dibahas publik, saya ingin menganalisis
dengan menggunakan pendekatan ekonomi
politik neo klasik. Alasan saya memilih pendekatn ini karena menurut
kacamata pribadi saya memang pendekatan ini “match”
dengan polemik yang saya uraikan diatas sebelumnya.
Harga
minyak dunia yang cenderung fluktuatif mengakibatkan kecemasan berbagai pihak,
karena tentu hal ini akan berpengaruh terhadap ICP (Indonesia Crude Oil Price). Jika ICP naik hingga 120,75 per barel,
maka berdasarkan UU pasal 7 ayat 6a UU APBN-P 2012 pemerintah berwenang untuk
menaikkan harga BBM. ICP dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, meskipun harga minyak ditentukan berdasarkan mekanisme
pasar, tetap saja pemerintah mengintervensi serta yang berwenang mengambil
kebijakan. Hal ini sesuai jiak dijelaskan secara teoritis berdasarkan
pendekatan ekonomi politik neo klasik, dimana diperlukan peran pemerintah
ketika terjadi kegagalan pasar dan untuk mendelivery kesejahteraan masyarakat/
individu.
Fenomena
lain yang bisa dijelaskan melalui pendekatan ini, terkait kenaikan harga BBm
adalah kebijakan Pemerintah Jawa Timur untuk mengintervensi jalur distribusi di
jatim. Kenaikan harga BBM akan menyebabkan harga berbagai barang juga ikut naik
(chanel of distribution increase cost)
sehingga harga diharapkan akan stabil dengan adanya intervensi dari pemerintah
tersebut. Pemerintah tidak mungkin sepenuhnya menyerahkan harga pada mekanisme
pasar, meskipun kita terlobat dalam perdagangan bebas. Banyak kebijakan lain
yang diambil untuk meminimalisir monopoli pasar dunia, antara lain kebijakan
terkait import, kebijakan terkait pajak (tax) dan bea cukai.
Kritik
terhadap pemerintah Indonesia, jika ditelaah melalui pendekatan ini yaitu
pemerintah cenderung ceroboh dalam hal kerjasama dengan negara asing, dalam hal
perdagangan bebas sendiri Indonesia dianggap sebagai negara sarangnya investor
asing, apakah bangga kita dengan predikat tersebut. Indonesia sebagai negara
penghasil minyak, yang ketersediaanya mampu mencukupi kebutuhan minyak warga
Indonesia justru mengalami kenaikan harga minyak. Sebenarnya ini sangatlah
ironi, ketika sumber ekonomi di Indonesia dikuasai oleh asing, dieksploitasi
secar berlebihan oleh pihak asing. Inilah hal yang sangat disayangkan dari berbagai
pihak, masalhnya adalah bagaimana pemerintah mengintervensi hal ini, bagaimana
pemerintah bisa memutus mata rantai perdagangan yang akan membobrokkan
perekonomian nasional ini. Indonesia harusnya mengambil keuntungan sebesar-
besarnya dari adanya perdagangan bebas, bukan import secar besar- besaran, tapi
tingkatkan eksport barang jadi dan naikkan biaya masuk produk import, inilah
bentuk intervensi pemerintah yang diharapkan.
Daftar pustaka
Detik News, http://news.detik.com/read/2012/03/30/101701/1880894/471/bbm-naik
bukti
-wajah-buruk-penerapan-kapitalisme, diakses pada 14 April 2012.
Tempo.co,http://id.berita.yahoo.com/geopolitik-faktor-utama-kenaikan-harga-minyak-072556492.html, diakses pada 14 April 2012.
Syarif Hidayat, Perspektif Ekonomi politik:
Tinjauan Teoritis, elib.pdii.lipi.go.id/
katalog/index.php/searchkatalog/.../8625.pdf, diakses pada 15 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar