Jumat, 12 Juli 2013

Analisis kenaikan harga BBM



      Kenaikan harga BBM merupakan momok bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat miskin.  Namun jika tidak dinaikkan akan berdampak pada perekonomian Bangsa Indonesia yang semakin tahun semakin kritis. kami setuju dengan kenaikan harga BBM. Berikut ini beberapa alasan kami setuju jika harga BBM dinaikkan, meliputi :
a.        Subsisdi tidak tepat sasaran.
BBM bersubsidi akan memperburuk distribusi pendapatan, karena kelas menengah ke atas ikut menikmati subsidi tersebut. Menurut data yang diperoleh, 10% BBM bersubsidi dinikmati oleh warga kelas menengah keatas. Jika kita menolak kenaikan harga BBM maka kita secara tidak langsung mendukung para penyelundup-penyelundup seperti warga mampu tersebut untuk menikmati subsidi BBM.

b.        Kondisi APBN dan fiskal Indonesia saat ini tidak sehat, akibat besarnya subsidi BBM. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, kondisi tersebut bisa makin buruk. Salah satu akibat yang mungkin adalah deficit anggaran mencapai lebih dari tiga persen. Dengan deficit yang besar, maka ketahanan ekonomi kita juga akan terganggu. Selain itu, isu kelebihan konsumsi BBM akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan fiskal sehingga upaya menjaga defisit anggaran sesuai UU tersebut dapat ikut mempertahankan stabilitas ekonomi

c.         Pembangunan infrastruktur juga makin terbatas.
Anggaran APBN banyak dialokasikan untuk subsidi BBM, hal ini menyebabkan pembangunan infrastruktur juga semakin terbatas karena sedikitnya anggaran APBN. Oleh karena itu, mengurangi subsidi BBM sekarang ini memang diperlukan demi pembangunan infrastruktur. Menurut Jusuf Kalla, “tugas pemerintah bukan untuk menyubsidi BBM saja. Pemerintah kan harus membangun jalan, rumah sakit, sekolah, pertanian, dan lainnya. Itu kan membutuhkan dana besar. Untuk itu, sebelum menaikkan harga BBM, pemerintah perlu menjelaskan ke mana subsidi itu dialihkan. Agar msayarakat memahami bahwa dana subsidi yang dikurangi itu untuk pembangunan yang nantinya dinikmati rakyat di kota maupun pelosok desa”ujarnya.

d.        Pertumbuban ekonomi Indonesia juga mulai melambat pada Triwulan I-2013
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mulai melambat pada Triwulan I-2013 dengan pertumbuhan sebesar 6,02 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding tahun lalu sebesar 6,29 persen (year-on-year). Uang negara yang harus habis dibelanjakan tapi tidak dibelanjakan dalam bentuk Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA) daerah, juga mencapai Rp.100 triliun tahun lalu atau setara 1 persen terhadap PDB dan Pusat sebesar Rp.30 triliun. Indikator tersebut, hanyalah instrumen bagi Pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat menyelamatkan ekonomi Indonesia ditengah keinginan Pemerintah menaikan harga BBM.

e.        BBM bersubsidi memicu defisit neraca perdagangan Indonesia, sehingga menghambat laju pertumbuhan ekinomi. 
Hal tersebut disebabkan karena volume konsumsi BBM bersubsidi akan semakin meningkat tajam, menyebabkan impor BBM yang cukup besar, sehingga terjadi defisit transaksi berjalan.  Sampai akhir Oktober 2012 saja terjadi defisit besar-besaran sebesar 1,55 miliar dollar AS.   
f.          Dampak kenaikan harga BBM tersebut terhadap inflasi.
        Menurut Wikipedia dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Terkait dengan kenaikan harga BBM, Menteri Perekonomian (Menko) Hatta Rajasa mengunggkapkan bahwa inflasi ini yang betul-betul kita jaga, terutama inflasi pangan. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM baru akan dilakukan setelah pemerintah selesai menyiapkan program kompensasi bagi masyarakat miskin. Misalnya, bantuan langsung tunai (BLT), beasiswa tunai, serta beras untuk masyarakat miskin (raskin).
        Menurut data yang diperoleh, situasi terkini di Jepang, nilai tukar Yen terhadap dolar Amerika juga tertekan. Nilai tukar Rupiah juga ikut tiarap. Menteri Keuangan (Menkeu) M. Chatib Basri mengemukan, “Saya percaya, kalau nanti harga BBM naik, komsumsi migas akan menurun dan neraca perdagangan akan improve. Kalau improve, rupiah akan menguat,” ujar Menkeu. Pada perdagangan Selasa (12/6) kemarin, nilai tukar rupiah ditutup pada posisi Rp 9.830 per dollar AS. Sementara Indeks Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 167,42 poin (3,50 persen) ke level 4.609,95.
        Dari beberapa alasan dapat diambil kesimpulan bahwa kenaikan BBM merupakan opsi terakhir pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian Bangsa Indonesia. Dengan kenaikan harga BBM, akan ada sejumlah manfaat yang bisa diperoleh. Diantaranya, APBN dan fiscal menjadi lebih sehat, ketahanan ekonomi terjaga. Selain itu, anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membangun infrastruktur juga menjadi lebih besar. Ekonomi menjadi lebih aman,subsidi juga lebih adil dan tepat sasaran. (www.jambiekspres.co.id)
        Tidak ada jalan lain kecuali menaikkan harga BBM subsidi, atau menunda pada penumpukan permasalahan yang semakin parah.   Kalau harga BBM disesuaikan, akan berdampak pada berkurangnya impor sehingga neraca perdagangan semakin baik.  Pada 2013 harga BBM memang perlu dinaikkan untuk mengurangi subsidi energi, dan mengurangi beban APBN,  skenarionya  adalah dengan menaikkan bertahap dalam kelipatan Rp500,00. Pertama Rp500, berikutnya Rp500, dan Rp500 untuk kenaikan dari Rp4.500 menjadi Rp6.000 per liter. Kenaikan Rp1.500 sampai Rp2.000 tidaklah terlalu membebani rakyat.  Strateginya adalah, menaikkan harga ketika inflasi turun, sehingga tidak terbebani. Namun, untuk meredam inflasi dan hal-hal yang tidak diinginkan ketika harga BBM dinaikkan, perlu ada skenario yang lebih baik dan tidak mengguncang stabilitas non ekonomi.  Timing menjadi sangat penting.