Selasa, 13 Desember 2011

Hubungan diplomatik Indonesia dengan Asia Timur


Dinamika hubungan Indonesia dengan negara- negara Asia Timur
Hubungan perpolitikan luar negeri Indonesia dengan negara- negara Asia Timur, dalam paper ini lebih difokuskan pada negara China dan Jepang, dimana dua negara ini dapat dikatakan memiliki peran yang signifikan terhadap politik luar negeri Indonesia.
Hubungan diplomatik indonesia dengan China banyak mengalami pasang surut, terkait upaya- upaya normalisasi. Retaknya hubungan diplomatik tersebut karena peristiwa G-30 S PKI tahun 1967 dan minoritas China di Indonesia.Setelah 23 tahun hubungan tersebut beku, mulai muncul upaya- upaya untuk melalkukan normalisasi. Hubungan diplomatik Jakarta- Beijing diawali dengan kunjungan Menlu Ali Alantas ke Ohina pada bulan Juli 1990.
Indonesia melihat China tak hanya sebagai ancaman domismeestik, tapi juga sebagai ancaman regional terhadap ASEAN dengan paham komunismenya. Tapi Indonesia tidak bisa lepas dari peran China, terutama dalam kasusnya dengan kamboja, yang dinilai akan menambah ruang gerak Indonesia. Upaya tersebut misalnya, adanya pembicaraan antara Menlu Mochtar dan Menlu Wu Xueqian selama peringatan KAA ke 50, yang juga membahas masalah Kamboja. Secara garis besar, ada 2 periode dalam normalisasi hubungan China dan Indonesia, yaitu:
·         Periode pertama, tahun 1970-1977. Yang lebih menonjol yaitu penolakan dari Indonesia untuk segera melakukan normalisasi, karena belum dirasa tuntas masalah ancaman komunisme dan minoritas China.
·         Periode Kedua,  tahun 1977-1988. Pada periode ini, mulai menonjolkan aspek ekonomi. Perhatian untuk menjajagi kembali kemungkina pembukaan hubungan dagang langsung dengan RRC muncul kembali setelah Menlu Mochtar Kusuma Atmaja menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu mencurigai mereka yang berdagang dengan RRC.
(Sukma, Rizal. 1994)
Setelah melewati dua periode penting ini, hubungan perpolitikan Indonesia- China mengalami banyak perbaikan, terutama peningkatan kerjasama perdagangan yang tentunya harus menguntungkan kedua belah pihak.
            Dinamika hubungan Indonesia dengan Jepang sudah berjalan cukup lama, lebih dari 35 tahun dan pernah juga mengalami pasang surut. Dijelaskan oleh Bantarto Bandoro (1994), hubungan Indonesia - Jepang memiliki kecenderungan- kecenderungan yang terbagi dalam 2 periode, yaitu:
1.      Dasawarsa 1960an dan 1970an.
pada dasawarsa ini Indonesia masih sedikit ragu terhadap hubungan diplomatiknya dengan jepang. Indonesia masih menganggap Jepang sebagai sumber bantuan sekaligus sebagai sumber ancaman. Mulanya hubungan diplomatik tersebut tidak dinilai sebagai suatu ancaman bagi kemerderkaan Indonesia, tetapi pada pertengahan tahun 1960-an, setelah beberapa elit politik luar negeri Indonesia kembali dari kunjungan mereka ke Jepang, mereka tidak hanya terkesantetapi juga khawatir akan kekuatan Jepang yang dapat mendorongnya untuk melakukan ekspansionisme.
(Bandoro, Bantarto. 1994)
Dinilai sebagai ancaman, karena Jepang mempunya potensi teknologi dan kekuatan militer yang besar, dikhawatirkan hal ini akan mengancam stabilitas kawasan Asia Tenggara.
2.      Dasawarsa 1980-an.
Hubungan diplomatik Indonesia- Jepang pada periode ini sudah semakin matang, ditandai dengan adanya pertemuan- pertemuan serta ditandatanganinya perjanjian- perjanjian kerjasama, terutama dalam aspek ekonomi.
Menurut Bantarto (1994), Persoalan investasi, perdagangan, alih teknologi dan bantuan keuangan Jepang kepada Indonesia adalah beberapa persoalan yang menonjol selama dasawarsa 1980-an. Tidak hanya persoalan itu, Indonesia- Jepang juga memperluas hubungan tersebut kedalam aspek- aspek lain. Peningkatan kualitas hubungan diplomatik tersebut juga disadari akan membawa sumbangan berarti bagi kawasan regionalnya.

Kepentingan Indonesia terhadap negara- negara Asia Timur
            Hubungan antara Indonesia dengan negara- negara Asia Timur dijalankan dengan mengoptimalkan keuntungan kedua belah pihak. Secara garis besar, kepentingan yang hendak dicapai Indonesia lebih berfokus pada 3 aspek mendasar, yaitu:
a.    Ekonomi
Sudah sangat jelas bahwa aspek ekonomi merupakan aspek yang sangat signifikas dalam hubungan Indonesia dengan negara- negara lain, tak terkecuali dengan negara- negar Asia Timur yaitu China dan jepang. dari China, Indonesia dapat mengimport hasil- hasil industri ringan, tidak hanya mengimport tapi Indonesia juga mengekspor bahan- bahan mentah ke China. Sedangkan dari jepang, Indonesia  melirik kemampuan teknologi jepang yang  sangat potensial untuk mengolah sumber- sumber ekonomi di Indonesia.
Perdagangan antara Indonesia dan jepang merupakan contoh dimana dua ekonomi nasional dapat saling Mendukung dan melengkapi. Indonesia merupakan sumber bahan mentah untuk industri jepang, sementara produk- produk Jepang dapat dipasarkan di Indonesia.
(Bandoro, Bantarto. 1994)
b.    Stabilitas Keamanan
Letak Indonesia yang sangat strategis serta sebagai nehara kepulauan terbanyak bisa mengancam integritas nasional. Dalam aspek stabilitas keamanan, hubungan diplomatik Indonesia dan China tidak hanya untuk kepentingan domestik, tapi juga untuk kepentingan regional terkait dengan letak Indonesia dan China yang sama- sama berada di kawasan Asia pasifik. Arti china juga nampak dalam peranannya dalam membantu menyelesaikan kasus Kamboja. Peranan China merupakan faktor kunci yang sangat mempengaruhi proses penyelesaian damai konflik Kamboja. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, faktor bantuan militer China kepada Khmer Merah, dukungan Vietnam kepada rezim Hun Sen, dan konflik RRc dengan Vietna seringkali mempersulit upaya kompromi diantara faksi- faksi yang bertikai. (Sukma, Rizal. 1994)
Tapi muncul juga kekhawatiran bahwa China melakukan hubungan baik dengan indonesia karena ingin mengintervensi dan memainkan percaturan politik di ASEAN.
c.    Politik
Aspek politik fokusnya memang tidak sebesar aspek ekonomi dan stabilitas keamanan kawasan domestik maupun regional. Hubungan Indonesia dengan China memang sebagian besar terfokus pada aspek ekonomi, dalam aspek politik, indonesia masih mengkhawatirkan paham komunisme yang bisa mengancam eksistensi pemerintah Indonesia serta integritas nasionalnya. Lain halnya dengan Jepang, aspek politik mempunyai porsi yang lebih besar daripada porsi yang diperoleh dari China. 
Hubungan diplomatik dalam kerangka politik Indonesia- Jepang lebih banyak dilakukan dalam dalam lingkup ASEAN. Selain itu hubungan dalam bidang itu dikaitkan dengan usaha Indonesia untuk mengembangkan adaptasi independen terhadap tantangan- tantangan yang sama yang muncul dalam lingkungan mereka. (Bandoro, Bantarto. 1994)

Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan politik luar negeri antara indonesia dan Asia Timur, terutama dengan China dan jepang memberi dampak yang cukup luas bagi kepentingan domestik maupun regional, terutama aspek pembangunan ekonomi seperti yang dipaparkan diatas.



Daftar Pustaka:
Bandoro, Bantarto, 1994. "Beberapa Dimensi Hubungan Indonesia-Jepang dan Pelaporan untuk   Indonesia", dalam Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama   Orde Baru, Jakarta, CSIS, hlm. 93-124.
Sukma, Rizal, 1994. "Hubungan Indonesia-Cina: Jalan Panjang Menuju Normalisasi", dalam         Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru, Jakarta, CSIS, hlm. 57-92.